Hakikat marah menurut Islam ialah marah yang terpuji dan marah yang tercela. Kemarahan yang ditujukan untuk mempertahankan diri, agama, kehormatan, harta kekayaan atau untuk menolong orang yang dizalimi adalah terpuji. Sesungguhnya Allah Subhanu Wa Ta’ala menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Allah Subhanu Wa Ta’ala berfirman,
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' ... " (QS al-Baqarah: 30)
***
Agar manusia dapat bangkit untuk melaksanakan tugas tersebut, maka Allah Subhanu Wa Ta’ala menciptakan manusia terdiri atas ruh, akal dan tubuh. Hikmah Allah Subhanu Wa Ta’ala menetapkan bahwa badan menjadi pelayan ruh. Agar badan berada dalam karakter yang membuatnya layak untuk melayani ruh selama manusia berada di muka bumi, maka Allah menciptakan dua kekuatan di dalam badan. Pertama, kekuatan syahwatiah yang tugasnya ialah menarik segala yang berguna bagi tubuh dan yang memberinya santapan. Kedua, kekuatan marah yang tugasnya ialah menolak segala sesuatu yang dapat memudaratkan badan dan membinasakannya.
***
Allah Subhanu Wa Ta’ala menciptakan anggota tubuh manusia ditujukan untuk melayani kekuatan syahwat dan kekuatan marah. Allah Subhanu Wa Ta’ala juga menciptakan akal yang dimaksudkan supaya berperan sebagai pemberi petunjuk dan nasihat kepada ruh bilamana kekuatan syahwat atau kekuatan marah cenderung kepada sesuatu hingga melampaui batas kesederhanaan. Pada saat itulah akal memberi nasihat atau petunjuk kepada ruh ihwal pentingnya mengambil sikap tegas terhadap kekuatan yang ekstrem agar manusia kembali kepada keseimbangan dan kesempurnaannya. Allah Subhanu Wa Ta’ala mengetahui bahwa kadang-kadang akal mengalami kesulitan saat memberikan nasihat dan petunjuk kepada ruh karena suatu sebab atau karena hal lain. Karena itu, Dia menurunkan sebuah manhaj kepada ruh yang tergambar dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Manhaj ini akan menyinari jalan, menunjukkan kepada kebenaran dan memelihara keseimbangan dan kesempurnaan di antara unsur-unsur pembentuk manusia agar kepribadiannya tetap stabil, lurus, tidak bengkok dan tidak cacat. Dengan demikian, marah diciptakan dalam diri manusia agar dia dapat mempertahankan diri dan memelihara kehormatannya.
***
Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memuji sahabat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassallam, bahwasanya mereka bersikap keras terhadap kaum kafir. Allah Subhanu Wa Ta’ala swt berfirman,
"Muhammad itu adalah utusan Allah Subhanu Wa Ta’ala dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir ... " (QS al-Fath: 29)
Sikap keras terhadap kaum kafir tidak muncul kecuali dari rasa marah dan perlindungan diri. Mereka tidak marah terhadap apa yang diberitahukan oleh Allah Subhanu Wa Ta’ala tentang mereka kecuali marah karena Allah Subhanu Wa Ta’ala . Allah Subhanu Wa Ta’ala swt berfirman,
"(Juga) bagi orang kafir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah Subhanu Wa Ta’ala dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah Subhanu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-Hasyr: 8-9)
Rasulullah Sallallah Alaihi Wassallam bersabda,
"Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang kuat ialah yang dapat mengontrol dirinya ketika marah." (HR Bukhari dan Muslim)
Rindu Anak Sulung
1 month ago
0 comments:
Post a Comment